CERITA PERJUANGAN ANAK SEKOLAH DI DESA AIR HITAM LAUT, JAMBI

 


Desa Air Hitam Laut yang kaya akan sumber daya alam yang melimpah dari hasil kebunnya berupa kelapa, kelapa sawit, dan pinang. Hasil laut yang melimpah sehingga masyarakat di desa ini juga banyak yang bekerja sebagai nelayan. Selain itu juga di desa ini alamnya menyajikan pemandangan sungai, laut, dan hutan yang indah, serta pedesaan yang unik di pinggiran sungai Air Hitam Laut.

Terdapat satu hal yang cukup menarik perhatian yakni perahu menjadi transportasi para siswa sekolah SD di Desa Air Hitam Laut, Kecamatan Sadu, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi. Perahu digunakan para siswa untuk menyebrangi sungai menuju ke sekolah yakni SD 203 dan SD 72 Desa Air Hitam Laut. Aktivitas ini telah berlangsung sejak lama hingga saat ini, meskipun saat ini telah ada akses jembatan yang penghubung di Sungai Air Hitam Laut. Namun, ternyata perahu tetap menjadi kendaraan alternative yang paling dipilih para siswa SD di sini, hal tersebut dikarenakan mareka merasa pergi kesekolah menggunakan jalur air lebih dekat dibandingkan perjalanan darat ujar salah seorang pelajar SDN 203 Desa Air Hitam laut.

Para siswa berangkat dan pulang sekolah diantar dan dijemput oleh para orang tua menggunakan perahu, namun terdapat juga siswa yang mengemudikan perahunya sendiri bersama para teman-temannya. Saat ditanya apakah tidak takut mengemudikan perahu sendiri menyebrangi sungai, dengan lugas mereka menjawab tidak takut sama sekali meskipun ia hanya pelajar kelas 4 SD karena itu telah dilakukan setiap hari. Perahu akan diletakkan di dermaga RT 05 dan kemudian para siswa akan berjalan menuju kesekolah dengan berjalan kaki. Sebuah perahu biasanya dinaiki anak sekolah 2-4 orang bersama salah seorang orang tua siswa dan ada pula para siswa sendiri yang mengemudikan perahu tanpa dampingan orang tua. Akan tetapi para siswa sangat piawai dalam mengendalikan perahu meski memotong arus.

Menyebrangi menggunakan perahu di sungai yang dilakukan oleh anak-anak sekolah dasar di desa ini menjadi pemandangan biasa, karena hal tersebut sudah dilakukan sejak dahulu sebelum adanya akses jembatan.  Hal tersebut juga tidak menyurutkan semangat para anak-anak untuk tetap pergi ke sekolah. Namun, kita hanya akan melihat para anak sekolah dasar yang berangkat sekolah yang masih menggunakan jalur perairan dikarenakan para siswa sekolah menengah pertama dan atas di desa ini menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Wali Peetu di RT 05 yakni di asramakan.

 

Komentar

Postingan Populer